Featured Post Via Labels

Translate

Search

Minggu, 13 Oktober 2013

REKAM MEDIS

PENGERTIAN REKAM MEDIS
1. Menurut Edna K Huffman: Rekam Medis adalah berkas yang menyatakan siapa, apa, mengapa, dimana, kapan dan bagaimana pelayanan yang diperoleb seorang pasien selama dirawat atau menjalani pengobatan.
2. Menurut Permenkes No. 749a/Menkes!Per/XII/1989:
Rekam Medis adalah berkas yang beiisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, basil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana kesebatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.
3. Menurut Gemala Hatta
Rekam Medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleb para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
4. Waters dan Murphy :
Kompendium (ikhtisar) yang berisi  informasi tentang keadaan pasien selama perawatan atau selama pemeliharaan kesehatan”.
5. Ikatan Dokter Indonesia
Sebagai rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medik/kesehatan kepada seorang pasien.

ISI REKAM MEDIS
Isi Rekam Medis merupakan catatan keadaan tubuh dan kesehatan, termasuk data tentang identitas dan data medis seorang pasien. Secara umum isi Rekam Medis dapat dibagi dalam dua kelompok data yaitu:
1. Data medis atau data klinis: Yang termasuk data medis adalah segala data tentang riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis, pengobatan serta basilnya, laporan dokter, perawat, hasil pemeriksaan laboratorium, ronsen dsb. Data-data ini merupakan data yang bersifat rabasia (confidential) sebingga tidak dapat dibuka kepada pibak ketiga tanpa izin dari pasien yang bersangkutan kecuali jika ada alasan lain berdasarkan peraturan atau perundang-undangan yang memaksa dibukanya informasi tersebut.
2. Data sosiologis atau data non-medis:
Yang termasuk data ini adalah segala data lain yang tidak berkaitan langsung dengan data medis, seperti data identitas, data sosial ekonomi, alamat dsb. Data ini oleh sebagian orang dianggap bukan rahasia, tetapi menurut sebagian lainnya merupakan data yang juga bersifat rahasia (confidensial).

KEPEMILIKAN REKAM MEDIS
Pada prinsipnya isi Rekam Medis adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam Medis (secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau institusi kesehatan. Pasal 10 Permenkes No. 749a menyatakan bahwa berkas rekam medis itu merupakan milik sarana pelayanan kesehatan, yang harus disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal terakhir pasien berobat. Untuk tujuan itulah di setiap institusi pelayanan kesehatan, dibentuk Unit Rekam Medis yang bertugas menyelenggarakan proses pengelolaan serta penyimpanan Rekam Medis di institusi tersebut. Karena isi Rekam Medis merupakan milik pasien, maka pada prinsipnya tidak pada tempatnya jika dokter atau petugas medis menolak memberitahu tentang isi Rekam Medis kepada pasiennya, kacuali pada keadaan-keadaan tertentu yang memaksa dokter untuk bertindak sebaliknya. Sebaliknya, karena berkas Rekam Medis merupakan milik institusi, maka tidak pada tempatnya pula jika pasien meminjam Rekam Medis tersebut secara paksa, apalagi jika institusi pelayanan kesehatan tersebut menolaknya.

KEGUNAAN REKAM MEDIS
Permenkes no. 749a tahun 1989 menyebutkan bahwa Rekam Medis memiliki 5 ,manfaat yaitu:
Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien.
Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum
Bahan untuk kepentingan penelitian c
Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan dan
Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.

Dalam kepustakaan dikatakan bahwa rekam medis memiliki 6 manfaat, yang untuk mudahnya disingkat sebagai ALFRED, yaitu:
1Adminstratlve value: Rekam medis merupakan rekaman data adminitratif pelayanan kesehatan.
2 Legal value:  Rekam medis dapat.dijadikan bahan pembuktian di pengadilan
3. Fmanclal value: Rekam medis dapat dijadikan dasar untuk perincian biaya pelayanan kesehatan yang harus dibayar oleh pasien
4. Research value: Data Rekam Medis dapat dijadikan bahan untuk penelitian dalam lapangan kedokteran, keperawatan dan kesehatan. 
5. Education value: Data-data dalam Rekam Medis dapat bahan pengajaran dan pendidikan mahasiswa kedokteran, keperawatan serta tenaga kesehatan lainnya.
6. Documentation value: Rekam medis merupakan sarana untuk penyimpanan berbagai dokumen yang berkaitan dengan kesehatan pasien.

PENYIMPANAN REKAM MEDIS
                Pasal 10 Permenkes No. 749a menyatakan secara tegas bahwa Rekam Medis harus disimpan sekurang-kurangnya selama 5 tahun terhitung sejak saat pasien terakhir berobat. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, masa penyimpanan ini tennasuk singkat. Di negara bagian Califonnia Amerika Serikat, penyimpanan rekam medis adalah 7 tahun sejak terakhir kali pasien berobat. Untuk pasien anak-anak, penyimpanan berkasnya bahkan sampai yang bersangkutan berusia 21 tahun , dan kalau perlu bahkan sampai 28 tahun. Di Pensylvania masa penyimpanannya lebih lama yaitu sampai 15 tahun, bahkan di negara Israel sampai 100 tahun. Dalam rangka penghematan ruangan penyimpanan, ada beberapa negara yang membolehkan berkas, yang berusia lebih dari 3 tahun dari saat terakhir pasien berobat, dialihkan menjadi berkas dalam microfilm.
Khusus untuk kasus-kasus yang menjadi perkara di pengadilan, American Medical Record Association dan American Hospital Association membuat pengaturan lebih lanjut dalam Statement on Preservation of Patient Medical Record in Health Care Institution.Dalam aturan tersebut dikatakan bahwa pada kasus biasa berkas Rekam Medis disimpan sampai 10 tahun terhitung dari saat pasien terakhir berobat. Sedang pada kasus yang diperkarakan di pengadilan, penyimpanan berkas Rekam Medisnya
lebih lama lagi yaitu 10 tahun kemudian terhitung sejak perkara terakhimya selesai. "Berkas yang terlah habis masa penyimpannya dapat dimusnahkan, kecuali jika ada halangan oleh peraturan lain.


Pengelolaan dan Penyimpanan Rekam Medis
1.    Sistem Penamaan Rekam Medis
Penulisan Nama pada berkas rekam medis menurut Tata Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit (1991:11) adalah  :
a.    nama pasien harus lengkap, minimal terdiri dari dua suku kata. Dengan demikian, ada beberapa kemungkinan dalam penulisan nama :
1)   nama pasien sendiri bila telah terdiri dari dua suku kata.
2)   nama pasien sendiri diikuti dengan nama suami, bila dia merupakan perempuan bersuami.
3)   nama pasien dilengkapi dengan nama orang tua, biasanya ayah.
4)   bagi pasien yang memiliki nama keluarga/marga didahulukan dan kemudian diikuti dengan nama pasien sendiri.
b.    nama ditulis dengan huruf cetak dan mengikuti ejaan  yang disempurnakan.
c.    bagi pasien perempuan, diakhiri dengan Ny. Atau Nn. sesuai dengan statusnya.
d.   pencantuman titel ditulis setelah nama lengkap pasien.
e.    tuan, saudara, bapak, tidak dicantumkan.

2.    Sistem Penomoran Rekam Medis
Pada setiap lembaga pelayanan kesehatan, rekam medis disimpan sesuai nomor yaitu nomor  pasien masuk (admission number).  Menurut buku Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit, sistem penomoran pasien masuk ada tiga, yaitu :




a.    pemberian nomor cara seri
Sistem ini dilakukan dengan cara memberikan nomor rekam medis yang berbeda setiap pasien berkunjung ke rumah sakit tersebut. Sehingga rekam medisnya pun disimpan  di berbagai tempat sesuai dengan nomornya.
b.    pemberian nomor cara unit
Sistem ini dilakukan dengan memberikan hanya nomor rekam medis  baik untuk berobat rawat jalan maupun rawat inap. Sehingga nomor tersebut akan digunakan oleh pasien setiap kali berobat ke rumah sakit tersebut dan berkas rekam medisnya pun hanya disimpan  pada satu tempat dengan satu nomor yang sama.
c.    pemberian nomor cara seri unit
Sistem ini merupakan gabungan dari kedua sistem diatas. Jadi, pasien akan diberikan nomor rekam medis  yang baru  setiap berkunjung ke  rumah sakit. Namun, berkas rekam medisnya akan disimpan dibawah rekam medis sebelumnya. Setiap rekam medis yang diambil dan dipindahkan harus diberikan catatan pada tempat sebelumnya dipindahkan  kemana rekam medis tersebut.
Dari ketiga sistem tersebut, sistem seri unit lah yang dianggap paling efektif karena akan memudahkan petugas rekam medis dalam pengelolaannya. Selain itu juga akan cepat untuk menggambarkan riwayat penyakit si pasien. Sedangkan pada sistem seri, kelemahannya terletak pada letak berkas yang berceceran dan sistem seri unit kelemahannya pada kegiatan memindah-mindahkan berkas tersebut.

3.    Sistem Penyimpanan Rekam Medis
Kegiatan penyimpanan rekam medis bertujuan untuk melindunginya dari kerusakan fisik dan isinya itu sendiri. Rekam medis harus dilindungi dan  dirawat karena merupakan benda yang sangat berharga bagi rumah sakit. 




Ada dua cara penyimpanan berkas rekam medis itu sendiri, yaitu :
a.    sentralisasi
yaitu penyimpanan rekam medis dimana antara rekam medis kunjungan poliklinik dan rekam medis ketika pasien dirawat dibuat menjadi satu kesatuan dan disimpan di bagian rekam medis.
Tabel.1. Penyimpanan Sentralisasi
KELEBIHAN
KELEMAHAN
1)   dapat mengurangi terjadinya duplikasi berkas rekam medis
1)   perlu waktu dalam pelayanan rekam medis
2)   dapat menyeragamkan tata kerja, peraturan, dan alat yang  digunakan
2)   perlu ruangan, alat, dan pegawai yang lebih banyak jika tempat penyimpanan jauh dengan lokasi penggunaan rekam medis
3)   efisiensi kerja petugas
4)   permintaan rekam medis dapat dilayani setiap saat
b.   desentralisasi
yaitu sistem penyimpanan rekam medis dimana terjadi pemisahan antara rekam medis kunjungan poliklinik dan rekam medis selama pasien dirawat. Rekam medis kunjungan poliklinik disimpan di poliklinik yang bersangkutan sedangkan rekam medis perawatan disimpan di bagian rekam medis.
Tabel.2. Penyimpanan Desentralisasi
KELEBIHAN
KELEMAHAN
1)   efisiensi waktu dimana pasien mendapatkan pelayanan yang lebih cepat
1)   terjadi duplikasi rekam medis sehingga riwayat penyakit terpisah
2)   kerja petugas rekam medis lebih ringan
2)   biaya pengadaan rekam medis lebih banyak
3)   pengawasan terhadap berkas rekam medis lebih ketat karena lingkupnya sempit
3)   bentuk dan isi rekam medis berbeda
4)   menghambat pelayanan jika rekam medis dibutuhkan oleh unit lain
Sedangkan sistem penyimpanannya, biasanya dilakukan dengan sistem numerik. Ada tiga sistem numerik dalam penyimpanan berkas rekam medis, yaitu :
a.    sistem nomor langsung (straight numerical filling system)
yaitu penyimpanan berkas rekam medis pada secara berurutan sesuai dengan nomor urut rekam medis tersebut. Misalnya :  220910,  220911, 220912,  dan seterusnya.
Kelebihan :
1)   memudahkan dalam pengambilan sejumlah rekam medis dengan nomor yang berurutan dan untuk rekam medis yang tidak aktif lagi
2)   memudahlan dalam melatih petugas penyimpanan rekam medis
Kelemahan :
1)   kesibukan tidak merata, kegiatan tersebuk terjadi pada rak penyimpanan rekam medis dengan nomor terbaru
2)   perlu konsentrasi petugas untuk menghindari kesalahan penyimpanan rekam medis (nomor tertukar)
3)   pengawasan kerapian sukar dilakukan
b.   sistem nomor akhir (terminal digit filling system)
yaitu sistem yang menggunakan nomor dengan 6 angka yang dikelompokkan menjadi tiga. Angka pertama terdiri dari dua kelompok  angka yang terletak paling kanan, angka kedua terdiri dari dua kelompok angka yang terletak di tengah, dan angka ketiga terdiri dari dua angka yang terletak paling kiri. Misalnya :
                        22                           09                           10
              (angka ketiga)       (angka kedua)      (angka pertama)
                 tertiary digit         secondary digit         primary digit
Dalam penyimpanan dengan sistem angka akhir ada 100 kelompok angka pertama yaitu 00 sampai dengan 99. pada waktu menyimpan, petugas harus melihat angka pertama dan membawa rekam medis tersebut kedaerah rak penyimpanan untuk kelompok angka pertama yang bersangkutan. Pada kelompok angka pertama ini rekam medis disesuaikan urutan letaknya menurut angka kedua, kemudian rekam medis dimpan didalam urutan sesuai dengan kelompok angka ketiga, sehingga dalam setiap kelompok penyimpanan nomor pada kelompok angka ketigalah yang selalu berlainan. Contoh :
22-09-10
23-09-10
24-09-10
25-09-11
26-09-12
Kelebihan  :
1)   pertambahan rekam medis merata ke 100 kelompok (section) di dalam rak penyimpanan
2)   pekerjaan penyimpanan dan pengambilan rekam medis dapat dibagi secara merata
3)   kekeliruan menyimpan dapat di cegah, karena petugas hanya memperhatikan 2 (dua) angka akhir saja dalam memasukkan rekam medis kedalam rak
Sedangkan kelemahannya adalah perlu waktu yang cukup lama untuk melatih dan membimbing petugas penyimpanan.
c.    sistem nomor tengah (middle digit)
Dalam sistem penyimpanan angka tengah, rekam medis diurutkan dengan pasangan angka-angka. Angka yang terletak ditengah menjadi angka pertama, angka yang terletak paling kiri menjadi angka kedua, dan angka paling kanan menjadi angka ketiga. Contoh :
                        22                           09                           10
              (angka kedua)      (angka pertama)   (angka ketiga)




Kelebihan :
1)      memudahkan pengambilan 100 buah rekam medis yang nomornya berurutan
2)      penggantian dari sistem nomor langsung ke sistem angka tengah lebih muda daripada penggantian sistem nomor langsung ke sistem angka akhir
3)      penyebaran nomor-nomor lebih merata jika dibandingkan dengan sistem nomor langsung, tetapi masih tidak menyamai sistem angka akhir
4)      petugas  dapat dibagi pada section penyimpanan tertentu sehingga kekeliruan menyimpan dapat di cegah
Kelemahan  :
1)   memerlukan latihan dan bimbingan yang lebih lama bagi petugas
2)   terjadi rak lowong pada beberapa section, bila rekam medis dialihkan ke tempat penyimpanan in-aktif (Depkes, 1991 : 19)

Pengambilan Kembali (Retrival) Berkas Rekam Medis
Pengambilan rekam medis juga memiliki tata cara tertentu. Adapun tata cara pengambilan rekam medis pasien yang dibutuhkan dari ruang penyimpanan rekam medis adalah sebagai berikut:
1.    Pengeluaran rekam medis
Ketentuan pokok yang harus ditaati di tempat penyimpanan adalah :
a.    rekam medis tidak boleh keluar dari ruangan rekam medis, tanpa tanda keluar/kartu permintaan.
b.    apabila rekam medis dipinjam, wajib dikembalikan dalam keadaan baik dan tepat waktunya. Seharusnya setiap reka medis kembali lagi keraknya pada setiap akhir kerja pada hari yang bersamaan.
c.    rekam medis tidak di benarkan diambil dari rumah sakit, kecuali atas perintah pengadilan.




d.    permintaan rutin terhadap rekam medis yang datang dari poliklinik, dari dokter yang melakukan riset, harus diajukan kebagian rekam medis setiap hari pada jam yang telah ditentukan. petugas harus menulis dengan benar dan jelas nama pasien dan nomor rekam medisnya.

2.    Petunjuk keluar (outguide)
Petunjuk keluar adalah suatu alat yang penting untuk mengawasi penggunaan rekam medis. Petunjuk keluar ini digunakan sebagai pengganti pada tempat rekam medis yang diambil dari rak penyimpanan dan tetap berada di rak tersebut sampai rekam medis yang diambil kembali.

3.    Kode warna (sampul map)
Kode warna adalah untuk memberikan warna tertentu pada sampul, untuk mencegah keliru simpan dan memudahkan mencari map yang salah simpan. Garis-garis warna denga posisi yang berbeda pada pinggiran folder, menciptakan bermacam-macam posisi warna yang berbeda-beda untuk tiap section penyimpanan rekam medis. Terputusnya kombinasi warna dalam satu seksi penyimpanan menunjukkan adanya kekeliruan menyimpan. Cara yang digunakan adalah 10 macam warna untuk 10 angka pertama dari 0 sampai 9. (Dep. Kes, 1991 : 27).

Ruang Pengelolaan dan Penyimpanan Rekam Medis
Lokasi ruangan rekam medis harus dapat memberi pelayanan cepat kepada seluruh pasien, mudah dijangkau dari segala penjuru, dan mudah menunjang pelayanan administrasi. Alat penyimpanan yang baik, penerangan yang baik, pengaturan suhu ruangan, pemeliharaan ruangan, perhatian terhadap faktor keselamatan petugas, bagi suatu ruangan penyimpanan rekam medis sangat membatu memelihara dan mendorong kegairahan kerja dan produktivitas pegawai. Penerangan atau lampu yang baik, menghindari kelelahan penglihatan petugas. Perlu diperhatikan pengaturan suhu ruangan, kelembaban, pencegahan debu dan pencegahan bahaya kebakaran.
Ruangan penyimpanan arsip harus memperhatikan hal-hal berikut :
1.    Ruangan penyimpanan arsip jangan terlalu lembab, harus dijaga supaya tetap kering. Supaya ruangan tidak terlalu lembab perlu diatur berkisar 650 F sampai 750 F dan kelembaban udara sekitar 50% sampai 65%. Untuk dihidupkan selama 24 jam terus menerus. Perhatikan AC juga bisa mengurangi banyaknya debu.
2.    Ruangan harus terang, dan sebaiknya menggunakan penerangan alam, yaitu sinar matahari. Sinar matahari, selain memberikan penerangan ruangan, juga dapat membantu membasmi musuh kertas arsip.
3.    Ruangan hendaknya terhindar dari serangan hama, perusak atau pemakan kertas arsip, antara lain jamur, rayap, ngengat. Untuk menghindarinya dapat digunakan sodium arsenite, dengan meletakkannya di celah-celah lantai. Setiap enam bulan sekali ruangan disemprot dengan racun serangga seperti : DDT, Dieldrin, Prythrum, Gaama Benzene Hexacloride, dengan cara menyemprotkan racun pada dinding, lantai dan alat-alat yang dibuat dari kayu.
4.    Ruangan penyimpanan arsip sebaiknya terpisah dari ruangan kantor lain untuk menjaga keamanan arsip-arsip tersebut mengingat bahwa arsip tersebut sifatnya rahasia, mengurangi lalu lintas pegawai lainnya, dan menghindari pegawai lain memasuki ruangan sehingga pencurian arsip dapat dihindari. (Wursanto, 1991 : 221). Alat penyimpanan rekam medis yang umum dipakai adalah rak terbuka (open self file unit), lemari lima laci (five-drawer file cabinet), dan roll o’pack. Alat ini hanya mampu dimiliki oleh rumah sakit tertentu karena harganya yang sangat mahal. Rak terbuka dianjurkan karena harganya lebih murah, petugas dapat mengambil dan menyimpan rekam medis lebih cepat, dan menghemat ruangan dengan menampung lebih banyak rekam medis dan tidak terlalu makan tempat. Harus tersedia rak-rak penyimpanan yang dapat diangkat dengan mudah atau rak-rak beroda.
5.    Jarak antara dua buah rak untuk lalu lalang, dianjurkan selebar 90 cm. Jika menggunakan lemari lima laci dijejer satu baris, ruangan lowong didepannya harus 90 cm, jika diletakkan saling berhadapan harus disediakan ruang lowong paling tidak 150 cm, untuk memungkinkan membuka laci-laci tersebut. Lemari lima laci memang tampak lebih rapi dan rekam medis terlindungdari debu dan kotoran dari luar. Pemeliharaan kebersihan yang baik, akan memelihara rekam medis tetap rapi dalam hal penggunaan rak-rak terbuka. Faktor-faktor keselamatan harus diutamakan pada bagian penyimpanan rekam medis. (Dep.Kes, 1991 : 24).
Perencanaan Berkas Rekam Medis yang Tidak Aktif
Retensi atau lamanya penyimpanan rekam medis diatur berdasarkan Surat Keputusan Nomor : YM.00.03.3.3683 tanggal 16 Agustus 1991 tentang jadwal retensi/lama penyimpanan rekam medis. Pemusnahan rekam medis mengacu kepada Surat Edaran Dirjen Yan.Med Nomor HK.00.05.001.60 tahun 1995 tentang petunjuk teknis pengadaan formulir rekam medis dan pemusnahan berkas rekam medis di rumah sakit. Berikut ini adalah jadwal retensi/lamanya penyimpanan rekam medis.
Tabel.3. Jadwal Retensi atau Lamanya Penyimpanan
No.
KASUS
AKTIF
IN-AKTIF
1.
Penyakit dalam :
a.    umum
b.    jantung
c.    paru-paru

5 tahun
10 tahun
5 tahun

2 tahun
2 tahun
2 tahun
2.
Saraf
5 tahun
2 tahun
3.
Penyakit kulit  :
a.     umum
b.     kusta

5 tahun
15 tahun

2 tahun
2 tahun
4.
Jiwa :
a.     umum
b.    Ketergantungan obat

10 tahun
15 tahun

5 tahun
2 tahun
5.
Anak
5 tahun
2 tahun
6.
Kebidanan/kandungan
5 tahun
2 tahun
7.
Bedah
5 tahun
2 tahun
8.
Bedah saraf
5 tahun
2 tahun
9.
Orthopedi
10 tahun
2 tahun
10.
THT
5 tahun
2 tahun
11.
Gigi dan mulut :
a.     infeksi rahang
1)   dewasa
2)   anak
b.     trauma
c.     cacat bawaan
1)   celah bibir
2)   celah langit
d.    kelainan rahang
e.     tumor
f.      exodentia
g.     orthodentic
h.     edodentic
i.       periodentic
1)   protetic
2)   pedodentic


5 tahun
5 tahun
10 tahun

12 tahun
15 tahun
15 tahun
15 tahun
5 tahun
10 tahun
5 tahun

10 tahun
5 tahun


2 tahun
2 tahun
2 tahun

2 tahun
2 tahun
2 tahun
2 tahun
2 tahun
2 tahun
2 tahun

2 tahun
2 tahun
12.
Kasus lainnya
Ditentukan oleh SMF masing-masing sesuai ketentuannya
Sumber : Buku Pedoman Rekam Medis (RSU Gunung Sitoli, 2005 : 35)
Pada umumnya rekam medis dinyatakan tidak aktif apabila selama 5 tahun terakhir rekam medis tersebuit tidak digunakan lagi. Apabila tidak tersedia tempat penyimpanan rekam medsi aktif, harus dilaksanakan kegiatan menyisihkan rekam medis yang aktif seirama dengan pertambahan jumlah rekam medis baru dan pada saat diambilnya rekam medis tidak aktif, di tempat semula harus diletakkan tanda keluar, untuk, mencegah pencarian yang berlarut-larut pada saat diperlukan. Rekam medis yang tidak aktif dapat disimpan di ruangan lain yang terpisah dari bagian rekam medis atau dibuat microfilm. Jika digunakan microfilm,rekam medis aktif dan tidak aktif dapat disimpan bersamaan, karena penyimpanan microfilmtidak banyak memakan tempat. (Dep.Kes, 1991 :30).
Sebagian besar rekam medis selalu menghadapi masalah kurangnya ruang penyimpanan. Satu rencana yang pasti tentang pengelolaan rekam medis yang tidak aktif (in active records) harus ditetapkan sehingga selalu tersedia tempat penyipanan untuk rekam medis yang baru. Patokan utama untuk menentukan rekam medis aktif atau tidak aktif adalah besarnya ruangan yang tersedia untuk menyimpan rekam medis yang baru. Suatu rumah sakit menentukan 5 tahun adalah batas umur untuk rekam medis aktif, sedangkan di rumah sakit lain rekam medis yang berumur 2 tahun sudah dinyatakan tidak aktif, karena sangat terbatasnya ruang penyimpanan.

Pemusnahan Berkas Rekam Medis
Sesuai Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008 dijelaskan bahwa untuk Pelayanan Kesehatan di  Rumah Sakit dalam mengelola dan pemusnahan rekam medis maka harus memenuhi aturan sebagai berikut:
1.    Rekam medis pasien rawat inap wajib disimpan sekurang-kuangnya 5 tahun sejak pasien berobat terakhir atau pulang dari berobat di rumah sakit.
2.    Setelah 5 tahun rekam medis dapat dimusnahkan kecuali ringakasan pulang dan persetujuan tindakan medik.
3.    Ringakasan pulang dan persetujuan tindakan medik wajib disimpan  dalam jangka waktu 10 sejak ringkasan dan persetujuan medik dibuat.
4.    Rekam medis dan ringkasan pulang disimpan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Untuk Pelayanan Kesehatan non rumah Sakit dalam mengelola dan pemusnahan rekam medis harus memenuhi aturan sebagai berikut:
1.    Rekam medis pasien wajib disimpan sekurang-kuangnya 2 tahun sejak pasien berobat terakhir atau pulang dari berobat. Setelah 2 tahun maka rekam medis dapat dimusnahkan. 
Kerahasiaan isi rekam medis yang berupa identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, petugas kesehatan lain, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Untuk keperluan tertentu rekam medis tersebut dapat dibuka dengan ketentuan:
1.    Untuk kepentingan kesehatan pasien.
2.    Atas perintah pengadilan untuk penegakan hukum.
3.    Permintaan dan atau persetujuan pasien sendiri.
4.    Permintaan lembaga /institusi berdasarkan undang-undang.
5.    Untuk kepentingan penelitian, audit, pendidikan dengan syarat tidak menyebutkan identitas pasien. 
Permintaan rekam medis tersebut harus dilakukan tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Sesuai Ketentuan Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008 maka kita dapat menjalankan pengelolaan rekam medis di rumah sakit maupun non rumah sakit. Dokter, dokter gigi dan petugas lain, pengelola dan pimpinan harus  menjaga kerahasiaan rekam medis serta dapat memanfaatkan rekam medis sesuai ketentuannya



Jumat, 11 Oktober 2013

ANESTESI


A.   ANESTESI LOKAL
1.        PENGERTIAN
   Anestesi lokal yaitu menghilangkan rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran  Obat anestesi lokal yang pertama dikenal adalah kokain yang diperoleh dari Erythroxylon coca yang dapat memberi rasa nyaman dan mempertinggi daya tahan tubuh. Pada awalnya di dunia kedokteran digunakan untuk menghilangkan nyeri setempat misal pada gigi dan mata. Karena kemampuannya untuk merintangi transmisi ke batang otak kemudian dipakai sebagai anestesi blokade saraf pada pembedahan maupun dalam anestesi spinal umum. Barulah kemudian pd thn 1892 dikembangkan anestesi lokal sintesis seperti prokain dan benzokain beserta derivatnya. Kemudian pd tahun 1940 keatas dikenalkan anestesi modern yaitu lidokain, prilokain dan bupivakain.
  Obat-obat anestesi lokal umumnya dipakai adalah garam kloridanya yang mudah larut dalam air. Untuk memperpanjang daya kerjanya ditambahkan suatu vasokonstriktor yang dapat menciutkan pembuluh darah sehingga absorbsi akan diperlambat, toksisitas berkurang, mula kerja dipercepat dengan khasiat yang lebih ampuh dan lokasi pembedahan praktis tidak berdarah, contohanyaa adarienalin dan efineprin.
2.        MEKANISME KERJA :
a)         Menghindarkan untuk sementara pembentukan dan transmisi impuls melalui sel-sel saraf dan ujungnya
b)        Menghambat penerusan impuls dgn jalan menurunkan permiabelitas membran sel saraf untuk ion natrium, yang dibutuhkan oleh sel saraf yang layak.
3.        EFEK
a)         Menekan ssp, bs menyebabkan depresi dan terhambatnya pernapasan sampai akhirnya kematian.Tp anastesi lokal sintetik tidak terlalu berat menekan ssp dibanding kokain.
b)        Menekan sistem kardiovaskular
a.       Penurunan kepekaan untuk rangsangan listrik
b.      Penurunan kecepatan penerusan impuls dan daya kontraksi jantung
c.       Efek ini digunakan sebagai obat anti aritmia spt : prokain dan prokainamida
c)         Vasodilatasi, pd dosis yang agak besar yang bisa mencapai peredaran darah ( kecuali kokain yang berefek vasokonstriksi)


EFEK SAMPING
Efek samping penggunaan anestesi lokal terjadi akibat khasiat efek depresi terhadap ssp dan efek kardio depresifnya (menekan fungsi jantung) dgn gejala penghambatan pernapasan dan sirkulasi darah, serta efek lain dapat mengakibatkan hipersensitasi berupa dermatitis alergi.
4.                    PERSYARATAN UNTUK ANESTESI LOKAL :
a)         Tidak merangsang jaringan
b)        Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf sentral
c)         Toksisitas sistemis rendah
d)        Efektif pada penyuntikan dan penggunaan lokal pd selaput lendir
e)         Mula kerja sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu cukup lama
f)         Larut dalam air dengan menghasilkan larutan stabil dan tahan pemanasan (proses sterilisasi)
5.        PENGGUNAAN
Anestesi lokal umumnya digunakan secara parenteral, misalnya pembedahan kecil dimana pemakaian anestesi umum tidak dibutuhkan. Berdasarkan cara pemakaiannya  Anestesi lokal dibagi menjadi 6 jenis :
a)         Anestesi Lokal,
digunakan secara lokal untuk melawan rasa nyeri dan gatal, misalnya larutan atau tablet hisap untuk menghilangkan rasa nyeri di mulut atau leher, tetes mata untuk mengukur tekanan intraokuler mata atau mengeluarkan benda asing di mata, juga sebagai salep untuk gatal dan nyeri luka bakar dan dlm bentuk supp. Untuk anti wasir
b)        Anestesi Infiltrasi,
yaitu suntikan yang diberikan ditempat yang dibius ujung-ujung sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan gusi (pencabutan gigi
c)         Anestesi konduksi  (penyaluran saraf),
injeksi di tulang belakang, yaitu dengan penyuntikan di suatu tempat dimana banyak saraf terkumpul, sehingga mencapai anestesia dari suatu daerah yang luas , misal pada pergelangan tangan atau kaki, juga unt mengurangi nyeri yang hebat
d)        Anestesi spinal (intratechal)/injeksi punggung,
dicapai pembiusan dari kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa menit. Kesadaran penderita tidak dihilangkan dan selesai pembedahan tidak terasa mual.
e)         Anestesi epidural, termasuk injeksi punggung.
Obat disuntikan diruang epidural. Tergantung pd efek yang dikehendaki, injeksi diberikan dilokasi yang berbeda : secara lumbal (unt Sectio caesarea), obstreti dan pembedahan perut bag. Bawah, secara servical mencapai hilang rasa ditengkuk; secara thoracal untuk pemotongan di paru-paru dan perut bag. atas
f)         Anestesi permukaan,
sebagai suntikan banyak digunakan sbg penghilang rasa oleh dokter gigi unk mencabut geraham dan untuk pembedahan kecil, spt menjahit luka pd kulit, juga digunakan untk bronkoskopi, gastroskopi, dan sitoskopi.

6.        PENGGOLONGAN
Secara kimiawi anestesi lokal dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :
a)      Senyawa ester, contohanyaa prokain, benzokain, buvakain, tetrakain dan oksibuprokain
b)      Senyawa amida, contohanyaa lidokain, prilokain, mepivakain, bupivikain, cinchokain
c)      Lain- lain, contohanyaa jokain dan benzilalkohol
indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1.        Bupivakain
Indikasi    : Anestesi lokal
Kontra indikasi : peny.ssp akut aktif, infeksi pirogenik padakulit
Efek samping : hipotensi,sakit kepala
2.        Lidokain
Indikasi    : Anestesi infiltrasi dan permukaan, antiaritmia
Kontra indikasi : pasien yang sensitif thdp anestesi lokal golongan amida,anak<12bulan
Efek samping : eritema,udem
3.        Prilokain
Indikasi : Anestesi tropikal pada kuli utuh
Kontra indikasi : kerusakan pada membran timpanai
Efek samping : hipergatal,edema,kemerahan
4.        Benzilalkohol     
Indikasi    : menghilangkan rasa gatal, sengatan matahari dan cabut gigi
Kontra indikasi : insufisiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping : menekan pernafasan

B.  ANASTESI UMUM
1.    PENGERTIAN
Anestesi umum yaitu rasa sakit hilang disertai dengan kehilangan kesadaran. Anestesi suntikan intravena (i.v) biasa dipakai untuk taraf induksi kemudian dilanjutkan dengan anestesi inhalasi untuk mempertahankan keadaan tidak sadar. Obat khusus sering diberikan untuk menghasilkan relaksasi otot.Untuk prosedur tertentu mungkin dibutuhkan hipotensi terkendali, untuk itu digunakan labetolol dan gliseril trinitrat, sedangkan beta bloker seperti adenosin, amiodaron dan verapamil bisa digunakan untuk mengendalikan aritmia selama anestesi.
Dalam anestesi terdapat taraf-taraf narkosa tertentu yaitu penekanan sistrem saraf sentral secara bertingkat dan berturut-turut sebagai berikut :
Taraf-taraf narkose
Anestesi umum dapat menekan susunan saraf sentral secara berurutan, yaitu :
1.      Taraf analgesia, yaitu rasa nyeri berkurang (sadar tetapi bagian tubuh sulit digerakkan)
2.      Taraf eksitasi (delirium) , yaitu kesadaran hilang seluruhnya dan terjadi kegelisahan
   Kedua taraf ini disebut taraf induksi
3.      Taraf anestesia, yaitu reflek mata hilang, nafas otomatis dan teraturseperti tidur dan otot-otot melemas (relaksasi) à bisa dilakukan tindakan pembedahan
4.      Taraf pelumpuhan sumsum tulang, yaitu kerja jantung dan pernafasan terhenti
Tujuan narkose adalah untuk mencapai taraf anestesia dengan sedikit mungkin kerja ikutan atau efek samping, oleh karena itu taraf pertama sampai ketiga adalah yang paling penting sedangkan taraf keempat harus dihindari. Pada proses recovery (sadar kembali) terjadi dengan urutan taraf terbalik dari taraf ketiga sampai kesatu.
Guna mencapai narkosa umum yang cukup dalam dan lama digunakan suatu anestetika dengan penambahan suatu obat pembantu, yang bertujuan untuk menghindarkan atau memperkecil kerja ikutan dan memperkuat salah satu khasiat anestetiknya, seperti :
a)      Sebelum narkose (premedikasi) diberikan obat-obat sedatif (klorpromazin, morphin dan petidin) guna meniadakan kegelisahan dan obat-obat parasimpatolitik (atropin) guna menekan sekresi ludah yang berlebihan.
b)      Selama narkose, diberikan obat-obat relaksasi otot (tubokurarin, galamin)
c)      Setelah narkose(post medikasi) diberikan obat-obat analgesik (methampiron) dll, sedativa (luminal) dan anti emetika (klorpromazin HCl)

2.    PERSYARATAN ANESTESI UMUM
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestesi umum adalah :
1.      Berbau enak dan tidak merangsag selaput lendir
2.      Mula kerja cepat tanpa efek samping
3.      Sadar kembalinya tanpa kejang
4.      Berkhasiat analgesik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhanyaa
5.      Tidak menambah perdarahan kapiler selama waktu pembedahan
              
3.    TEKNIK PEMBERIAN
Pemberian anestesi inhalasi dibagi menjadi 3 cara yaitu :
a)         Sistem terbuka yaitu dengan penetesan langsung keatas kain kasa yang menutupi mulut atau hidung penderita, contohanyaa eter dan trikloretilen
b)        Sistem tertutup yaitu dengan menggunakan alat khusus yang menyalurkan campuran gas dengan oksigen dimana sejumlah CO2 yang dikeluarkan dimasukkan kembali (bertujuan memperdalam pernapasan dan mencegah berhentinya pernapasan atau apnea yang dapat terjadi bila diberikan dengan sistem terbuka. Karena pengawasan penggunaan anestetika lebih teliti maka cara ini lebih disukai, contohanyaa siklopropan, N2O dan halotan
c)         Insuflasi gas, yaitu uap atau gas ditiupkan kedalam mulut, batang tenggorokan atau trachea dengan memakai alat khusus seperti pada operasi amandel

4.    EFEK SAMPING
Hampir semua anestesi inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping yang terpenting diantaranya adalah :
a)      Menekan pernafasan, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretilen
b)      Mengurangi kontraksi jantung, terutama halotan dan metoksi fluran, yang paling ringan pada eter
c)      Merusak hati oleh karena sudah tak digunakan lagi seperti senyawa kloroform
d)     Merusak ginjal khususnya metoksifluran

5.    PENGGOLONGAN
Menurut penggunaannya anestesi umum dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
a)         Anestesi injeksi, contohanyaa diazepam, barbital ultra short acting (tiopental dan heksobarbital)
b)        Anestesi inhalasi, diberikan sabagai uap melalui saluran pernafasan, contohanyaa eter

indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1.      Enfluran
Indikasi                  :induksi dan pemeliharaan untuk anestesi
Kontra indikasi       : kejang
Efek samping         : Mekan pernafasan, gelisah dan mual
2.      Halotan
Indikasi                  : Anestesi inhalasi
Kontra indikasi       : riwayat jaundice yang tidak diketahui
Efek samping         : Menekan pernafasan, aritmia dan hipotensi
3.      Ketamin
Indikasi                  : Anestesi tunggal untuk diagnosis dan pembedahan
Kontra indikasi       : hipertensi
Efek samping         : Menekan pernafasan (dosis tinggi), halusinasi dan tekanan darah naik
4.      Tiopental
Indikasi                   : sebagai tambahan anestesi regional
Kontra indikasi       : Insufisiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping         : Menekan pernafasan












CONTOH SEDIAAN ANASTESI UMUM :

GENERIK
 DAGANG
PABRIK
Diaethyl Aether
Aether Anaestheticus
Kimia Farma
Ketamin Hidarioklorida
Ketalar
Parke Davis
Tiopental Natrium
Penthothal Sodium
Abbot
Enflurane
Athrane
Abbot
Halothanum
Fluothane
Zeneca













 
Blogger Templates